Uncategorized

Rifaul Zamzami Buka Peluang Kerja dengan Limbah Tekstil

Limbah sampah tekstil yang berada di kota Pekalongan menarik perhatian bagi warga Comal, Kabupaten Pemalang, yang terletak tidak jauh dari Pekalongan.  Rifaul Zamzani, lelaki paruh baya tersebut sangat peduli terhadap kesejahteraan masyarakat dengan mengembangkan kemampuan yang dimiliki warga tersebut.

Bukan itu saja, tumpukan sampah yang merupakan limbah Industri sarung sebuah merek ternama, Gajah Duduk turut mengundang perhatiannya. Limbah tersebut sebelumnya tidak terlalu dimanfaatkan, bahkan siapa saja boleh mengambilnya secara gratis. Namun di tangan lelaki satu ini limbah tersebut mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi.

Contents

Memanfaatkan Limbah Tekstil

Produksi sarung di pabrik Gajah Duduk tidak terlepas dari masalah limbah yang selalu menumpuk setiap hari. Meski dari pihak pabrik mempersilahkan siapa saja yang akan mengambilnya secara gratis, ternyata tidak bisa menjadi solusi karena awalnya masyarakat pun bingung akan menggunakan kain tersebut untuk apa.

Rifaul Zamzami yang melihat tumpukan sampah tersebut lama-lama tercetus ide untuk memanfaatkan dan meningkatkan secara ekonomis. Bahkan akhirnya bisa penopang biaya hidup untuk masyarakat di desanya.

Melihat limbah yang sebenarnya masih layak pakai tersebut, Rifaul mencoba untuk mengambil dan membuatnya menjadi celana anak-anak. Tentu saja ukuran dan potongan kain menyesuaikan dengan kondisi kain tersebut dimana hanya bagian yang masih bagus saja yang digunakan untuk produksi celana.

Awalnya, Rifaul mengerjakan proses produksi hanya bersama keluarga dengan memanfaatkan waktu yang ada. Setelah sekolah, setelah bekerja hingga pada saat libur. Melihat potensi dan nilai jualnya yang cukup lumayan mencetuskan pemikiran pada lelaki tersebut, jika banyak yang terlibat, maka akan semakin banyak orang yang mendapatkan manfaat.

Untuk mencapai keinginan tersebut, tentu Rifaul harus memikirkan pemasaran produk yang bisa dibuat oleh orang-orang yang diajaknya untuk bekerja. Rifaul pun mulai menawarkan produknya ke berbagai wilayah. Tentu bukan hal yang mudah karena tidak semua pedagang yang ditawari produknya mau menerima dagangan tersebut.

Mengajak para tetangga untuk Memanfaatkan Limbah Kain

Produk yang dihasilkan oleh Rifaul akhirnya diterima oleh pasar. Limbah kain tersebut dibuat menjadi celana akan dengan target pemasaran kelas menengah ke bawah. Harga per item pun cukup rendah, hanya Rp. 4 ribu hingga Rp 15 ribu. Harga ini menyesuaikan dengan kualitas kain yang memang dari perca atau bahan yang tidak lolos uji kualitas namun masih layak pakai.

Karena dijual dengan harga yang terjangkau dan jenis kain yang nyaman dikenakan, produk kain perca tersebut semakin banyak peminatnya. Rifaul pun kemudian mengajak masyarakat sekitar untuk bersama-sama memanfaatkan limbah tersebut sehingga mempunyai harga jual tinggi dan bisa mendapatkan uang untuk kebutuhan keluarga.

Mulai dari orang-orang yang tinggal tidak jauh dari rumahnya, jumlah orang yang ikut terlibat dalam produksi dengan memanfaatkan limbah sarung tersebut pun terus bertambah. Hingga akhirnya Rifaul mampu mengajak sekitar 50 orang untuk mengais rezeki dan meningkatkan perekonomian keluarga bersama dengan menjahit kain perca menjadi produk celana anak.

Dari diri Rifaul sendiri, kemudian mengajak keluarga selanjutnya lelaki ini mampu menarik Masyarakat untuk bersama memperbaiki kualitas hidup dengan kemampuan dalam mencukupi kebutuhan keluarga. Berkat ide kreatif ini, bukan hanya masalah limbah pabrik sarung yang mendapat solusi, namun juga bisa membuka peluang kerja yang banyak bagi masyarakat.

Tantangan dalam Pemasaran

Untuk mencapai hasil sekarang tentu tidak mudah bagi Rifaul. Lelaki yang sudah berusia 37 tahun harus terus berjuang agar orang-orang yang menggantungkan hidup dari pengolahan limbah yang dirintisnya tersebut terus bisa berpenghasilan. Tantangan yang dihadapi oleh Rifaul bukan hanya bagaimana mengolah limbah tekstil tersebut, tetapi juga memasarkannya.

Sebelum pandemi, Rifaul sempat mampu memberdayakan semua potensi yang ada di sekitarnya dengan mengajak lebih dari 50 orang untuk mengolah limbah menjadi celana anak dan memasarkannya. Bahkan penjualan produksinya hingga ke luar pulau, termasuk Riau.

Namun saat covid penjualan turun drastis yang tentu berdampak pada penghasilan mereka. Untuk mengantisipasi hal tersebut lelaki yang terkenal gigih ini mencoba sistem pemasaran yang sebelumnya tidak maksimal, yaitu secara online.

Cara ini cukup mampu mendongkrak penjualan sehingga masyarakat yang menggantungkan hidup dari pengolahan perca menjadi celana anak tersebut terus bisa mendapat penghasilan.

Apa yang dilakukan oleh Rifaul Zamzami membawa perubahan besar bagi masyarakat. Warga yang sebelumnya tidak mempunyai penghasilan, bisa mendapatkan pemasukan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Masalah limbah pabrik tekstil pun bisa mendapat solusi, bahkan semakin bermanfaat.

Berkat kerja kerasnya ini Rifaul mendapat apresiasi dari Astra melalui Satu Indonesia Award yang merupakan bentuk penghargaan untuk masyarakat yang mampu membawa perubahan kearah yang lebih baik. jika Rifaul Zamzami bisa, maka Anda juga pasti bisa. Indonesia masih menanti kontribusi dari semua warga untuk kemajuan bersama.

Sumber:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *