Kriuknya Keripik Bonggol Pisang Buatan Hera Wijaya
Bencana alam tidak hanya membawa kerusakan dan kesedihan, seringkali dari balik bencana tersebut tersembunyi hikmah yang bisa diambil. Seperti yang dialami oleh Hera Wijaya. Pada saat banjir besar menerjang Indramayu tahun 2014 lalu, Hera masih berstatus sebagai mahasiswa dan mendapat tugas untuk membuat produk yang unik.
Saat banjir, Hera yang sedang naik elf yang dikendarai oleh bapaknya terjebak karena air semakin tinggi sehingga harus berputar arah agar kendaraan tetap bisa melaju. Saat itu, pikiran Hera jadi penasaran, apa penyebab banjir yang luar biasa tersebut.
Contents
Bonggol Pisang di Sepanjang Sungai
Indramayu merupakan salah satu wilayah penghasil pisang yang cukup terkenal. Pohon pisang sebenarnya jenis tanaman yang multi fungsi. Daunnya bisa digunakan untuk pembungkus makanan, buahnya enak dimakan dan bunganya pun biasa dibuat sayur yang lezat. Sayangnya tidak banyak orang yang memanfaatkan batang dan bonggolnya.
Bonggol adalah bagian bawah batang pohon yang menempel ke tanah dan tempat tumbuhnya akar. Penduduk yang memanen pisang, biasanya membuang bonggol dan batangnya ke tempat sampah dan sungai. Rupanya ini yang menjadi penyebab banjir besar. Banyak bonggol pisang di sepanjang sungai yang mengganggu aliran air sehingga menyebabkan banjir.
Sebagai salah satu anak muda yang mengenyam pendidikan tinggi, Hera bingung bagaimana agar sampah tersebut tidak terus menjadi masalah dan kembali menyebabkan banjir. Pasalnya setiap hari pasti ada tumbukan bonggol pisang yang dibuang dan membuats aluran air mampet. Pertanyaan ini terus mengganggu pikirannya sepanjang jalan, namun belum juga ada solusinya.
Tugas dari sang Dosen
Di kampus, Hera mendapat tugas dari dosen untuk membuat produk yang layak jual. Karena basic-nya adalah teknik, tugas dari sang dosen tersebut cukup membuatnya pusing. Apalagi yang dosen menginginkan agar Hera membuat produk yang tidak biasa, sementara produk yang sebelumnya diajukan, ditolak oleh sang dosen.
iSang dosen ingin semua mahasiswa membuat produk yang berbeda dengan berlatar pada permasalahan di masing-masing daerah asalnya. Hera langsung ingat dengan bonggol pisang yang menyebabkan banjir, namun pemuda tersebut bingung, mau dibuat apa bonggol pisang yang memang biasanya hanya dibuang saja.
Karena bingung dan belum mempunyai ide, Hera membawa bonggol pisang tersebut ke hadapan dosennya dalam keadaan utuh. Lelaki ini menyampaikan bahwa sudah tahu akar masalah yang terjadi di tempatnya, tetapi belum tahu mau diapakan bonggol pisang tersebut. Hera pun mengumpulkan informasi dari internet tentang pemanfaatan bonggol pisang, namun ternyata minim.
Trial and Error
Rasa penasaran yang tinggi terhadap manfaat bonggol pisang justru menjadi energi bagi Hera untuk melakukan berbagai percobaan. Tujuannya sama, ingin memanfaatkan bonggol pisang menjadi makanan yang mempunyai nilai ekonomis.
Karena belum mempunyai alat, Hera pun meminta bantuan kepada pemilik gilingan kelapa untuk menghaluskan bonggol pisang yang akan diolahnya tersebut, namun ternyata Hera mendapat komplain dari pemilih gilingan sebab mesinnya menjadi rusak. Terpaksa lelaki yang menempuh pendidikan tinggi di Universitas Muhammadiyah Cirebon ini harus ganti rugi.
Hal ini tidak membuatnya kapok, justru Hera semakin penasaran dan ingin segera menciptakan produk berbahan bonggol tersebut. Setelah melalui sekian kali trial and error, Hera berhasil menciptakan keripik dan kerupuk berbahan tepung bonggol pisang. Produk tersebut diberi nama Bongsang atau Bonggol Pisang.
Setelah menemukan formula yang tepat, lelaki yang selalu bersemangat ini memproduksi keripik dan kerupuk bonggol pisang secara masal. Produknya dikemas dengan kemasan menarik. lelaki ini kemudian mengurus sertifikasi halal dan pengecekan komposisi bahan makanan yang dibuatnya untuk meyakinkan konsumen.
Merangkul Warga Putus Sekolah
Mimpi Hera bukan hanya menyulap bonggol pisang menjadi makanan yang bernilai ekonomis tinggi, tetapi juga memberdayakan masyarakat yang putus sekolah agar bisa berpenghasilan. Hera pun mengajak beberapa warga putus sekolah tersebut untuk memproduksi Bongsang yang semakin hari, peminatnya terus bertambah.
Berkat peluang usaha ini, warga putus sekolah yang sebelumnya kesulitan mendapat pekerjaan, kini bisa memperoleh penghasilan kisaran Rp. 500 hingga Rp. 1,5 juta tergantung banyaknya produksi Bongsang.
Secara ekonomi, Hera Wijaya bisa mengangkat perekonomian warga sekitar berkat Bongsang. Warga yang putus sekolah dan sebelumnya tidak bekerja, bisa bekerja membantunya dalam produksi. Sedangkan warga lain yang berprofesi sebagai petani pisang, bisa mendapat tambahan penghasilan dengan menjual bonggol untuk produksi Bongsang.
Para pedagang pisang pun berkesempatan menambah penghasilan dengan menjadi perantara penjualan bonggol pisang dari petani. Dari limbah yang sebelumnya menjadi penyebab banjir ini, semakin banyak orang yang mendapatkan penghasilan.
Berkat kerja keras dan semangatnya dalam memanfaatkan bonggol pisang yang sebelumnya menjadi penyebab banjir, Hera mendapat penghargaan dalam event Satu Indonesia Award atau SIA. SIA merupakan apresiasi Astra kepada masyarakat yang mampu membawa perubahan bagi lingkungan.
Apa yang dilakukan Hera, bisa juga dilakukan oleh siapa saja dengan melihat potensi lokal. Jika Her Wijaya bisa, maka Anda juga pasti bisa. Kini saatnya Anda menunjukkan sumbangsih untuk kemajuan masyarakat dan bangsa Indonesia.